Google dan Meta Diam-diam Bangun Jaringan Raksasa Bawah Laut di Indonesia, Buat Apa Ya?

Google dan Meta Diam-diam Bangun Jaringan Raksasa Bawah Laut di Indonesia, Buat Apa Ya?
Google dan Meta Diam-diam Bangun Jaringan Raksasa Bawah Laut di Indonesia, Buat Apa Ya?

Kudetekno – Google dan Meta diam-diam membangun jaringan raksasa bawah laut di Indonesia. Kira-kira, buat apa ya proyek super ambisius ini? Jujur aja, pas pertama kali denger berita ini, aku langsung mikir, “Seriusan nih? Ngapain coba?” Tapi, ya namanya juga raksasa teknologi, pasti ada sesuatu yang lagi mereka rencanain. Nah, mari kita bedah tuntas apa sih sebenarnya yang lagi mereka kerjain di bawah laut Indonesia tercinta ini.

Latar Belakang Proyek Jaringan Bawah Laut Google dan Meta

Pernah nggak sih kamu ngerasa kayak internet lemot banget pas lagi asik-asikan streaming film atau main game online? Nah, kemungkinan besar masalahnya ada di infrastruktur jaringan yang belum memadai. Google dan Meta, sadar betul akan hal ini. Makanya, mereka nggak tanggung-tanggung berinvestasi besar-besaran buat bikin jaringan bawah laut. Tujuannya? Udah pasti, buat ningkatin koneksi internet secara global, termasuk di Indonesia.

Emang, sih, kedengarannya agak gimana gitu. Jaringan kok di bawah laut? Tapi, serius deh, kabel bawah laut itu tulang punggung internet global. Soalnya, mereka bisa mentransfer data dengan kecepatan super tinggi dibandingkan satelit. Ya, walaupun kadang bikin tambah bingung juga sih mikirin teknologinya kayak apa. Intinya sih, ya gitu… kamu ngerti lah maksudnya. Mereka pengen internet kita makin ngebut!

Persetujuan Pemerintah Indonesia Melalui KKP

Nah, proyek sebesar ini tentu nggak bisa jalan sendiri. Harus ada lampu hijau dari pemerintah Indonesia. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) ternyata punya peran penting dalam hal ini. Mereka yang ngasih izin buat pemanfaatan ruang laut. Jadi, sebelum Google dan Meta nyebur ke laut, mereka harus dapet “surat sakti” dulu dari KKP.

Staf Khusus Menteri Kelautan dan Perikanan, Pak Doni Ismanto Darwin, bilang KKP baru aja nerbitin Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut (PKKPRL) buat konsorsium Apricot. Ngajuinnya sih udah dari lama, sekitar tahun 2021-2022, tapi baru sekarang nih dapet izinnya. Rasanya kayak nungguin mie instan mateng padahal cuma 3 menit, ya kan?

Detail Teknis SKKL Apricot: Konsorsium dan Jangkauan

Oke, sekarang kita masuk ke detail yang lebih teknis. SKKL Apricot ini bukan proyek main-main, lho. Ini proyek kolaborasi raksasa yang melibatkan banyak perusahaan gede. Ada Chungwa Telecom, Google, Meta, NTT, dan PLDT. Gila, keren banget, kan? Panjang kabelnya aja mencapai 11.972 kilometer! Kebayang nggak tuh panjangnya kayak apa?

Jangkauannya juga luas banget. Kabel ini bakal menghubungkan berbagai negara, mulai dari Agat (Guam), Batam dan Tanjung Pakis (Indonesia), Minambiso (Jepang), Baler dan Davao (Filipina), Tuas (Singapura), sampai Taucheng (Taiwan). Jadi, nggak cuma Indonesia aja yang bakal ngerasain manfaatnya, tapi juga negara-negara tetangga.

Landing Point di Indonesia dan Regulasi yang Berlaku

Terus, kabel bawah laut ini “mendaratnya” di mana aja di Indonesia? Nah, ini juga udah diatur sama pemerintah. Lokasinya udah ditentuin melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 14 Tahun 2021. Jadi, nggak bisa sembarangan naruh kabel di laut.

Pak Doni juga jelasin kalau titik pendaratan (landing station) itu udah ada aturannya. Misalnya, kalau masuknya dari arah Sulawesi, diarahkan ke Manado. Kalau dari Samudera Pasifik, lewat Jayapura. Kabel dari Australia, ke Kupang. Dan satu lagi, yang penting buat kita, di Batam! Penting nih, secara Batam itu kan deket Singapura, pusatnya internet juga.

Proses Perizinan yang Cepat di Indonesia

Walaupun prosesnya keliatan ribet, ternyata perizinan di Indonesia tergolong cepet lho. Menurut Pak Doni, dari mulai izin prinsip di KKP, terus ke Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Perhubungan, sampai izin operasional di Kementerian Komunikasi dan Digital, totalnya bisa selesai dalam waktu sekitar 1,7 tahun. Ya, tetep aja sih kerasa lama, tapi dibandingkan negara lain, katanya ini udah termasuk cepet. Mungkin biar internetnya juga bisa cepet ya. Eh, ngomong-ngomong… kayaknya ini juga perlu diapresiasi deh.

Proyek Sebelumnya: Echo dan Bifrost

Eh, ini bukan pertama kalinya Google dan Meta bikin proyek kabel bawah laut di Indonesia, lho. Sebelumnya, di tahun 2021, mereka udah bikin dua kabel yang namanya Echo dan Bifrost. Panjangnya juga nggak main-main, sekitar 15 ribu km. Nah, proyek yang ini digarap bareng sama mitra lokal.

Echo dikerjain sama Meta, Google, dan XL Axiata (sekarang XLSmart). Sedangkan Bifrost digarap sama Meta bareng Telin (anak perusahaan Telkom) dan Keppel dari Singapura. Jadi, bisa dibilang, proyek Apricot ini adalah kelanjutan dari komitmen mereka buat ningkatin infrastruktur internet di Indonesia. Keren, kan?

Intinya, dengan adanya proyek jaringan bawah laut ini, kita sebagai pengguna internet di Indonesia bakal ngerasain manfaatnya. Koneksi internet yang lebih cepet, stabil, dan murah. Ya, walaupun kadang masih ada aja gangguan, tapi setidaknya ada usaha buat jadi lebih baik. Buat yang suka streaming film, main game online, atau kerja remote, ini jelas jadi kabar baik.

Jadi, gimana menurut kamu? Udah siap buat internet yang lebih ngebut? Atau malah jadi kepikiran pengen nyelam sambil liat kabelnya langsung? Hehe, bercanda deng. Yang jelas, semoga proyek ini beneran bisa bikin internet di Indonesia jadi makin oke. Jangan lupa, share pendapatmu di kolom komentar ya! Siapa tau ada yang punya pengalaman menarik soal internet lemot atau sebaliknya. Mari kita diskusikan! ***

Punya cara lain, saran, atau malah cerita lucu seputar topik ini? Yuk sharing di kolom komentar! Atau langsung ngobrol bareng tim KudeTekno di WhatsApp.👇

Also Read

Bagikan:

Dimas Riyadi

Halo! Aku Dimas Riyadi, penulis di KudeTekno yang suka banget eksplor aplikasi-aplikasi baru. Mulai dari tools AI sampai aplikasi produktivitas.

Leave a Comment