Kudetekno – ChatGPT Bikin Otak Jadi Lemot? Temuan Penelitian Terbaru Ini Bikin Mikir!
Pernah nggak sih kamu ngerasa kayak, aduh, kok jadi lebih gampang lupa ya belakangan ini? Nah, jangan-jangan itu efek kebanyakan pakai ChatGPT! Seriusan deh, ada penelitian baru yang hasilnya lumayan bikin kaget. Katanya, keseringan pakai ChatGPT dan teknologi AI sejenis bisa bikin kinerja otak kita jadi agak “nggak beres.” Kedengerannya lebay? Mungkin. Tapi, ini beneran ada studinya lho! Apalagi buat para pelajar nih, yang sehari-hari udah nggak bisa lepas dari ChatGPT buat ngerjain tugas, wah, ini kayaknya perlu diperhatiin banget.
Penelitian ‘Your Brain on ChatGPT’: Studi Awal yang Mengkhawatirkan
Jadi gini, ada tim peneliti dari MIT Media Lab, Wellesley College, sama Massachusetts College of Art and Design yang ngadain penelitian selama empat bulan. Judulnya keren abis: ‘Your Brain on ChatGPT’. Intinya, mereka mau lihat, tuh, apa efeknya sih kalau kita keseringan “nyuruh” ChatGPT buat mikir dan nulis buat kita? Hasilnya? Lumayan bikin mikir, kayak judulnya! Mereka nemuin kalau orang yang sering pakai LLM (Large Language Model, ya kayak ChatGPT gitu lah) kinerjanya jadi agak kurang oke. Bukan cuma dari sisi bahasa, tapi juga di level saraf otak.
Metodologi Penelitian
Penelitiannya sendiri lumayan menarik. Mereka bagi 54 partisipan jadi tiga kelompok. Kelompok pertama, tiap nulis esai buat ujian masuk universitas (SAT), dibantuin sama ChatGPT. Kelompok kedua, pakainya Google Search buat cari referensi. Nah, kelompok ketiga, nggak boleh pakai bantuan teknologi sama sekali, alias mikir sendiri! Mereka nulis esai ini selama tiga sesi. Terus, di sesi keempat, kelompok pertama (yang udah kebiasaan dibantuin ChatGPT) disuruh nulis esai sendiri tanpa bantuan AI. Kelompok ketiga, malah dibolehin nyobain ChatGPT.
Selama proses nulis ini, peneliti ngukur aktivitas otak para partisipan pakai EEG (electroencephalography). Jadi, kayak direkam gitu lah, aktivitas listrik di otaknya. Selain itu, esai yang mereka tulis juga dianalisis pakai NLP (Natural Language Processing), semacam teknologi buat ngerti bahasa manusia. Terus, esainya dinilai, baik sama AI maupun sama manusia beneran. Ribet, ya? Tapi, emang gitu deh kalau penelitian.
Hasil Penelitian: Penurunan Konektivitas Otak
Nah, dari semua pengukuran dan analisis itu, ketauan deh hasilnya. Ternyata, kelompok yang sering pakai ChatGPT (kelompok pertama) nunjukkin penurunan tajam dalam “konektivitas pita alfa.” Nah lo, apaan tuh? Gampangnya, konektivitas ini nunjukkin kemampuan kognitif otak kita, kayak memori, kemampuan berbahasa, dan lain-lain. Jadi, kayak sinyal di otak gitu lah, yang penting buat mikir. Kalau konektivitasnya nurun, ya berarti kemampuan mikir kita juga bisa ikutan nurun.
Dan hasilnya? Wah, nggak nyangka sih. Waktu kelompok pertama disuruh ngutip esai yang mereka tulis sebelumnya (yang dibantuin ChatGPT), 83% pada kesulitan! Seriusan? Iya! Jadi, kayak mereka tuh nggak beneran ngerti apa yang mereka tulis, karena otaknya nggak beneran mikir. Di sesi ketiga, kebanyakan esai dari kelompok pertama malah ketauan cuma copas dari ChatGPT, trus diedit dikit-dikit. Nah, pas di sesi keempat, waktu mereka disuruh nulis sendiri tanpa ChatGPT, mereka tetep aja kesulitan ngutip apa yang mereka tulis sebelumnya. Ini emang agak ngeri sih, kayak otaknya udah “manja” gitu, nggak mau mikir sendiri.
Implikasi dan Kekhawatiran Peneliti
Peneliti bilang, kemampuan mengingat yang jelek dan kesalahan ngutip dari kelompok yang pakai LLM ini mungkin nunjukkin kalau esai yang mereka tulis sebelumnya nggak terintegrasi secara internal. Artinya, mereka nggak beneran paham sama apa yang mereka tulis, karena proses mikirnya dilimpahin ke ChatGPT. Ini bikin peneliti khawatir banget, terutama karena adopsi AI lagi gencar-gencarnya, apalagi di dunia pendidikan.
Nataliya Kosmyna, penulis utama penelitian ini, bilang dia sebenernya pengen banget nunggu penelitiannya di-review dulu sama ilmuwan lain (peer review). Tapi, dia takut kalau kelamaan, malah ada pembuat kebijakan yang ide-nya aneh-aneh, kayak bikin “GPT buat anak TK.” Wah, kalau itu kejadian, katanya sih bisa bahaya banget. Jujur aja, aku juga sempat mikir gitu. Kebayang kan, anak kecil udah ketergantungan sama AI buat mikir? Nggak kebayang deh jadinya kayak gimana.
Reaksi Terhadap Temuan Penelitian
Ya, tentu aja, temuan penelitian ini langsung bikin heboh. Banyak yang jadi mikir ulang soal penggunaan ChatGPT, terutama di kalangan pelajar dan mahasiswa. Ada yang bilang, “Wah, bener juga ya, jangan-jangan selama ini gue cuma jadi tukang copas doang.” Ada juga yang masih skeptis, bilang kalau penelitiannya masih kecil dan belum di-review. Tapi, tetep aja, ini jadi alarm buat kita semua.
Kesimpulan
Intinya sih, penelitian ini ngasih tau kita kalau penggunaan ChatGPT dan AI lainnya bisa berdampak negatif ke otak kita. Bukannya nggak boleh pakai, ya. Tapi, jangan sampai kebablasan. Jangan sampai kita jadi ketergantungan dan malas mikir. Ingat, otak itu kayak otot, kalau nggak dilatih, ya bisa letoy! Jadi, tetep asah kemampuan berpikir kita, jangan cuma ngandelin AI doang.
Gimana menurut kamu? Apakah temuan ini bikin kamu jadi mikir ulang buat pakai ChatGPT? Atau kamu punya pengalaman sendiri tentang efek ChatGPT ke kemampuan mikir kamu? Coba deh, share di kolom komentar! Siapa tau kita bisa diskusi bareng dan cari solusi yang terbaik. Soalnya, seriusan, jangan sampai otak kita jadi lemot gara-gara teknologi! ***
Punya cara lain, saran, atau malah cerita lucu seputar topik ini? Yuk sharing di kolom komentar! Atau langsung ngobrol bareng tim KudeTekno di WhatsApp.👇