Scrolling Medsos Bikin Cemas? Mungkin Ini Alasannya…

Scrolling Medsos Bikin Cemas? Mungkin Ini Alasannya...
Scrolling Medsos Bikin Cemas? Mungkin Ini Alasannya...

Kudetekno – Siapa di sini yang hobinya scroll medsos sebelum tidur? Atau pas lagi bosen, tangan auto gercep buka Instagram, TikTok, atau Twitter? Jujur aja, aku juga sempat mikir, “Ah, cuma liat-liat bentar doang kok.” Tapi eh tapi, sadar nggak sih, kadang habis scroll tuh bukannya happy, malah jadi cemas sendiri? Nah, ternyata kebiasaan ini, yang sering disebut doomscrolling, bisa jadi biang kerok dari perasaan nggak enak itu lho. Kok bisa gitu? Yuk, kita obrolin!

Hubungan Scrolling Medsos dan Kecemasan: Studi Menemukan Titik Terang

Oke, jadi gini, emang kedengarannya agak lebay ya, doomscrolling bikin cemas. Tapi seriusan, ada lho penelitian yang ngulik soal ini. Studi yang dipublikasi di Journal of Computers in Human Behavior Reports, mereka mensurvei sekitar 800 mahasiswa, campuran dari Amerika Serikat sama Iran. Hasilnya? Bikin kaget! Ternyata, orang yang sering doomscrolling itu cenderung lebih sering ngerasa cemas, nggak percaya sama orang lain, curigaan, bahkan sampe putus asa. Wih, serem ya?

Doomscrolling dan Perasaan Negatif

Kenapa bisa begitu? Simpelnya gini, bayangin aja kamu tiap hari dicekokin berita jelek, dari mulai bencana alam, konflik politik, sampe berita kriminal. Pasti lama-lama otak kita jadi penuh sama hal-hal negatif kan? Nah, efeknya kurang lebih kayak gitu. Kita jadi ngerasa dunia ini penuh bahaya, nggak aman, dan nggak ada harapan. Rasanya kayak nungguin mie instan mateng padahal cuma 3 menit, lama banget!

Paparan Berita Negatif Sebagai Sumber Trauma Tidak Langsung

Ketua penulis studinya, Reza Shabahang dari Flinders University, bilang kalau kita terus-terusan kena paparan berita buruk, itu bisa jadi “sumber trauma tidak langsung”. Artinya, walaupun kita nggak ngalamin langsung kejadiannya, tapi cuma jadi penonton aja, tetep bisa bikin kita trauma. Seriusan deh, kayak nonton film horor, padahal cuma nonton, tapi tetep aja kebawa mimpi. Dia juga bilang, “Ketika kita terus-menerus terpapar berita dan informasi negatif online, hal itu dapat mengancam keyakinan kita tentang kematian kita sendiri dan kendali yang kita miliki atas hidup kita sendiri.” Jadi, ngeri kan?

Sudut Pandang Para Ahli

Nah, biar nggak dibilang ngada-ngada, kita dengerin juga nih pendapat para ahli.

Opini Profesor Helen Christensen Tentang Bias dalam Studi

Profesor Scientia Helen Christensen, profesor kesehatan mental di University of New South Wales, bilang studi ini emang menarik, tapi hasilnya mungkin agak bias karena jumlah sampelnya nggak terlalu besar. Jadi, ya, walaupun hasilnya cukup meyakinkan, tetep harus hati-hati juga narik kesimpulannya. Kayak masak tanpa garam, kurang nendang gitu deh.

Pendapat Dr. Joanne Orlando Tentang Dampak Jangka Panjang

Tapi, Dr. Joanne Orlando, pakar perilaku digital dari University of Western Sydney, justru bilang temuan itu nggak terlalu mengejutkan. Malah, dia bilang efek doomscrolling ini bisa dirasain sama orang dari segala usia. Efek jangka panjangnya? Sama kayak kita dikelilingi orang yang tiap hari teriak-teriak ke kita. Bikin stres, bikin nggak nyaman, dan pastinya mempengaruhi cara kita ngeliat dunia. “Itu benar-benar memengaruhi cara Anda memahami dunia dan tempat Anda di dalamnya,” imbuhnya.

Dia juga nyaranin buat nunda dulu deh buka medsos atau baca berita pas baru bangun tidur. Biar otak kita nggak langsung dicekokin hal-hal negatif. Kayak sarapan dulu sebelum berangkat kerja, biar nggak lemes di jalan.

Tanggung Jawab Platform Media Sosial

Nah, ini nih yang penting. Kita nggak bisa cuma nyalahin diri sendiri doang. Platform media sosial juga punya tanggung jawab. Mereka kan yang nyediain wadah buat kita scrolling. Seharusnya mereka juga mikirin gimana caranya biar konten yang disajikan itu nggak cuma bikin nagih, tapi juga tetep positif dan bermanfaat buat kesehatan mental penggunanya.

Pimpinan eksekutif Beyond Blue, Georgie Harman, juga bilang gitu. Menurutnya, media sosial itu bisa jadi pedang bermata dua. Bisa bikin kita seneng, tapi juga bisa bikin kita depresi. Jadi, perusahaan media sosial harus ikut turun tangan dong. “Orang-orang memberi tahu kami dengan jelas bahwa mereka tidak suka terjebak dalam doomscrolling dan mereka ingin memiliki suara dalam konten apa yang disajikan kepada mereka. Jadi pertanyaan kami adalah, apa yang akan dilakukan platform media sosial untuk mengatasi hal ini?” tanyanya. Bener juga ya, masak kita dibiarin nyemplung terus di lautan berita negatif?

Intinya sih, doomscrolling itu emang bahaya laten. Kita harus lebih pinter-pinter milih konten yang mau kita konsumsi. Jangan sampe deh gara-gara medsos, kita jadi cemas sendiri. Coba deh kurangi waktu scrolling, cari kegiatan lain yang lebih positif, kayak olahraga, baca buku, atau ngobrol sama temen. Siapa tahu, hidup kita jadi lebih tenang dan bahagia. Atau gimana kalau kita bikin grup arisan anti-doomscrolling? Dijamin seru! Gimana menurutmu? Share dong pengalamannya di kolom komentar! Siapa tahu bisa jadi inspirasi buat yang lain. ***

Punya cara lain, saran, atau malah cerita lucu seputar topik ini? Yuk sharing di kolom komentar! Atau langsung ngobrol bareng tim KudeTekno di WhatsApp.👇

Also Read

Bagikan:

Dimas Riyadi

Halo! Aku Dimas Riyadi, penulis di KudeTekno yang suka banget eksplor aplikasi-aplikasi baru. Mulai dari tools AI sampai aplikasi produktivitas.

Leave a Comment