Quraish Shihab, Kunci Ilmu Sejati Ada di Hati dan Pikiran

Quraish Shihab, Kunci Ilmu Sejati Ada di Hati dan Pikiran
Quraish Shihab, Kunci Ilmu Sejati Ada di Hati dan Pikiran

Kudetekno – Quraish Shihab, nama ini rasanya udah nggak asing lagi ya buat kita. Di tengah dunia yang serba canggih dan informasi tumpeh-tumpeh di mana-mana, beliau hadir dengan pesan yang menenangkan. Katanya, kemajuan zaman ini jangan sampai bikin kita lupa sama esensi ilmu yang sebenarnya. Ilmu sejati itu, kata beliau, ada hubungannya erat banget sama hati dan pikiran kita. Penasaran kan, gimana maksudnya? Yuk, kita bahas lebih lanjut!

Kunci Ilmu Sejati: Hati dan Pikiran

Pernah nggak sih kamu ngerasa kayak kebanjiran informasi tapi kok ya tetep aja berasa kosong? Nah, mungkin di situ letak pentingnya pesan dari Quraish Shihab ini. Beliau menekankan, ilmu itu bukan cuma sekadar tumpukan fakta dan data yang kita hafalin. Lebih dari itu, ilmu sejati itu tumbuh dari hati yang bersih dan pikiran yang jernih. Hati yang tulus pengen mencari kebenaran, dan pikiran yang terbuka untuk menerima perbedaan.

Jadi, bukan cuma soal pinter atau nggak pinter ya. Tapi juga soal bagaimana kita menggunakan ilmu itu sendiri. Apakah ilmu itu bikin kita jadi sombong dan merasa paling benar? Atau justru bikin kita jadi lebih rendah hati dan menghargai orang lain? Pertanyaan-pertanyaan kayak gini nih yang perlu kita renungin. Intinya sih, ilmu itu harusnya bikin kita jadi manusia yang lebih baik.

Ketekunan dan Ketulusan dalam Menuntut Ilmu

“Sukses dalam segala hal harus dimulai dengan ketekunan belajar,” begitu kata beliau. Kedengerannya klise ya? Tapi emang bener kok. Mau belajar apa aja, ya kudu tekun. Nggak bisa instan kayak bikin mie instan. Seriusan deh! Ketekunan itu kayak fondasi buat bangunan. Kalo fondasinya nggak kuat, ya bangunannya gampang ambruk.

Selain ketekunan, ada satu hal lagi yang nggak kalah penting, yaitu ketulusan. Belajar itu harus karena emang pengen tahu, bukan karena pengen dipuji atau karena disuruh orang tua. Nah ini dia, niatnya harus lurus dulu. Kalo niatnya udah bener, insya Allah dimudahkan jalannya.

Dan yang penting lagi, kata beliau, ilmu dan pengalaman itu lebih berharga daripada sekadar umur atau jabatan. Ada benernya juga sih. Banyak kok orang yang udah tua, tapi ilmunya cetek. Atau punya jabatan tinggi, tapi nggak punya pengalaman apa-apa. Jadi, jangan minder kalo masih muda, yang penting terus belajar dan berkarya.

Tafsir Al-Mishbah: Lahir dari Perjalanan Intelektual di Mesir

Ngomongin Quraish Shihab, rasanya nggak afdol kalo nggak nyebut Tafsir Al-Mishbah. Tafsir ini emang udah jadi rujukan banyak orang. Tapi tau nggak sih, ternyata tafsir ini lahir dari sebuah perjalanan yang nggak terduga? Jadi, dulu beliau ditugaskan sama Presiden B.J. Habibie ke Mesir. Padahal, beliau ini kan guru besar, bukan diplomat. Tapi Pak Habibie bilang, “Guru besar bisa jadi diplomat, diplomat tidak bisa jadi guru besar.” Wah, dalem banget ya kata-katanya.

Selama di Mesir itulah, beliau punya kesempatan buat nulis dan nyelesein Tafsir Al-Mishbah. Katanya, butuh waktu tiga setengah tahun buat nuntasin karya monumental ini. Kebayang nggak tuh, gimana tekunnya beliau? Emang bener ya, di balik sebuah karya besar, pasti ada kerja keras dan dedikasi yang luar biasa.

Al-Qur’an: Berlian yang Bersinar dari Banyak Sisi

Beliau menggambarkan Al-Qur’an itu kayak berlian yang bersinar dari banyak sisi. Keren banget kan analoginya? Maksudnya, Al-Qur’an itu punya banyak makna dan interpretasi yang bisa dipahami dari berbagai sudut pandang. Jadi, nggak heran kalo ada perbedaan pendapat dalam menafsirkan Al-Qur’an. Tapi perbedaan itu bukan berarti kita harus berpecah belah. Justru sebaliknya, perbedaan itu harusnya jadi anugerah yang memperkaya pemahaman kita.

Siapa pun bisa mempelajari Al-Qur’an, nggak peduli latar belakangnya apa. Asal niatnya tulus dan memohon bantuan Tuhan, pasti akan mendapat penafsiran yang sesuai dengan kondisi masyarakatnya. “Jangan pernah berkata bahwa karena Al-Qur’an turun dalam Bahasa Arab, maka yang paling pandai menafsirkan adalah orang Arab. Tidak.” Beliau bilang begitu, dan itu nampol banget sih menurutku.

Optimisme di Tengah Disrupsi Digital

Di era digital kayak sekarang ini, informasi bertebaran di mana-mana. Kadang saking banyaknya, kita jadi bingung mana yang bener, mana yang nggak. Belum lagi berita-berita hoax yang sengaja disebar buat bikin gaduh. Nah, di tengah kondisi kayak gini, Quraish Shihab ngingetin kita buat tetep optimis. Jangan gampang kemakan berita bohong, dan jangan mudah terprovokasi.

“Kita punya problem pemahaman yang keliru. Itu semua perlu tekad dan optimisme untuk mencapai sesuatu yang lebih baik dari hari ini. Ini berlaku untuk semua bidang, bukan cuma agama,” tegasnya. Jadi, optimisme itu penting banget ya, buat menghadapi segala tantangan di era disrupsi ini.

Pembaruan Ilmu adalah Tugas Generasi Muda

Quraish Shihab udah nulis banyak buku dan menghasilkan banyak karya. Tapi beliau nggak merasa puas dengan itu semua. Beliau justru ngajak generasi muda buat terus memperbarui ilmu dan memperbaiki kesalahan. “Saya sudah menyelesaikan sekian buku. Silakan dipelajari, dikritik, diperbaiki. Saya usia sudah tua, tidak mampu lagi memperbaharui. Perbaikan harus terus berlanjut dan itu tugas anak-anak muda,” katanya.

Wah, pesan ini ngena banget sih. Beliau kayak ngasih tongkat estafet ke kita-kita, generasi muda, buat nerusin perjuangan beliau. Buat terus belajar, berkarya, dan memberikan yang terbaik buat bangsa dan agama. Jadi, jangan males-malesan ya!

Intinya, pesan Quraish Shihab ini sederhana tapi mendalam. Ilmu itu bukan cuma soal pintar atau nggak pintar, tapi juga soal hati dan pikiran. Tentang ketekunan dan ketulusan. Tentang bagaimana kita menggunakan ilmu itu buat kebaikan. Dan yang paling penting, tentang optimisme dan semangat buat terus belajar dan berkarya. Gimana menurut kamu? Jangan lupa share pendapatmu ya! ***

Punya cara lain, saran, atau malah cerita lucu seputar topik ini? Yuk sharing di kolom komentar! Atau langsung ngobrol bareng tim KudeTekno di WhatsApp.👇

Also Read

Bagikan:

Fikri Maulana

Suka ngulik fisika dan hal-hal yang kelihatan rumit tapi sebenernya seru banget. Nulis biar sains nggak cuma jadi teori di buku.

Leave a Comment