Kudetekno – Data pengguna Qantas, maskapai penerbangan kebanggaan Australia, katanya sih bocor di dark web. Seriusan? Iya, serius. Tapi yang bikin kaget, eh, McDonald’s sama Toyota juga ikut keseret-seret jadi target? Buset dah, ini peretas seleranya perusahaan gede semua kayaknya. Gosipnya, kelompok hacker ini nih yang dituduh bertanggung jawab atas serangkaian serangan ransomware yang bikin data sensitif perusahaan-perusahaan raksasa pada nyungsep. Waduh, ngeri juga ya. Pernah nggak sih kamu ngebayangin data pribadi kamu ada di tangan orang yang nggak bertanggung jawab? Bikin merinding disko, kan?
Kronologi Kebocoran Data
Oke, biar nggak penasaran, mari kita bedah nih kronologinya. Kayak sinetron, ada episode awal, konflik, dan (semoga) happy ending.
Awal Mula Serangan
Jadi gini, ceritanya itu bermula antara April 2024 sampai September 2025. Nah, di rentang waktu ini, kelompok hacker yang namanya Scattered Lapsus$ Hunters (nama boleh keren, kelakuan jangan!) berhasil nembus pertahanan keamanan perusahaan software bernama Salesforce. Salesforce ini, kamu tahu kan, perusahaan gede yang layanin banyak klien korporat buat nyimpen data-data penting. Kayak brankas digital gitu lah.
Peran Salesforce dalam Insiden
Nah, ini nih yang bikin semua jadi runyam. Karena Salesforce ini nyimpen data banyak perusahaan, ya kebayang dong kalau brankasnya jebol? Efeknya domino! Data dari 39 perusahaan global, termasuk Qantas, kesamber semua. Ini bukan sekadar nama doang lho, tapi bisa alamat, nomor telepon, bahkan data kartu kredit! Bahaya banget kan?
Korban Lainnya: McDonald’s dan Toyota
Eh, tapi tunggu dulu, Qantas doang? Nggak dong. Ternyata, McDonald’s sama Toyota juga jadi korban! Kebayang nggak, data kamu lagi mesen Big Mac atau data mobil Toyota kamu bisa aja diintip sama orang iseng. Serem abis! Bahkan, Disney sama HBO Max juga ikut kena imbasnya. Gokil nggak tuh? Kelompok peretas ini emang nggak main-main targetnya.
Para peretas ini, kurang ajarnya, minta tebusan! Kayak film-film action gitu kan. Mereka kasih deadline, 11 Oktober 2025 jam 23.59. Kalau nggak dibayar, data-data ini bakal disebar ke publik. Buset dah, kayak nungguin mie instan mateng padahal cuma 3 menit, deg-degan banget!
Data yang Bocor dan Ancaman Peretas
Yang bocor itu bukan cuma nama sama alamat doang lho. Data yang berhasil digasak itu termasuk nama konsumen, nomor telepon, alamat, email, tanggal lahir, gender, nomor frequent flyer (buat yang sering terbang sama Qantas), poin dan peringkat member. Lengkap kap kap! Udah kayak KTP berjalan aja.
Terus ancamannya? Ya jelas, data ini bisa disalahgunakan buat macem-macem. Mulai dari penipuan, phising, sampai yang lebih parah lagi, pencurian identitas. Makanya, kelompok peretas ini ngasih pesan menohok: “Jangan jadi headline selanjutnya, bayar tebusannya.” Edan!
Respons Qantas dan Salesforce
Terus, Qantas sama Salesforce diem aja gitu? Ya nggak lah! Mereka gercep dong.
Tindakan Qantas
Qantas langsung turun tangan. Mereka langsung ngecek dark web buat mastiin data apa aja yang beneran bocor. Selain itu, mereka juga bikin hotline layanan konsumen 24/7 buat bantuin konsumen yang terdampak. Gercep juga ya Qantas, salut deh. “Membantu konsumen adalah prioritas kami menyusul insiden siber awal Juli,” kata jubir Qantas. Intinya sih, mereka pengen mastiin konsumennya aman dan nggak panik.
Pernyataan Salesforce
Nah, Salesforce sendiri nggak mau kalah. Mereka nggak mau bayar tebusan ke peretas. Keren! Mereka juga langsung ngadain investigasi melibatkan pakar eksternal. “Temuan kami mengindikasikan upaya ini terkait insiden di masa lalu atau yang tidak berdasar. Saat ini tidak ada indikasi bahwa Salesforce kebobolan atau terkait kerentanan dalam teknologi kami,” ujar Salesforce. Ya, walaupun kadang bikin tambah bingung juga sih penjelasannya…
Investigasi dan Langkah Selanjutnya
Sampai sekarang, investigasi masih terus jalan. Pihak berwajib juga udah turun tangan buat nyelidikin kasus ini. Intinya sih, semua pihak berusaha buat nyari tau siapa dalang di balik semua ini dan gimana caranya biar kejadian kayak gini nggak keulang lagi.
Gue juga pernah nyoba ngutak-ngatik dark web, sekadar pengen tau aja kayak apa isinya. Hasilnya? Bikin merinding sendiri. Nggak kebayang deh kalau data pribadi kita nyangkut di sana.
Jadi, pelajaran yang bisa kita ambil dari kasus ini adalah pentingnya menjaga data pribadi kita. Jangan sembarangan ngasih data ke website atau aplikasi yang nggak jelas. Pasang password yang kuat, dan rajin-rajin update software. Intinya sih, ya gitu… kamu ngerti lah maksudnya.
So, gimana menurut kamu? Apakah kejadian kayak gini bikin kamu jadi lebih waspada? Atau kamu punya pengalaman lain soal kebocoran data? Share dong di kolom komentar! Siapa tahu bisa jadi pelajaran buat kita semua. Jangan lupa, data pengguna Qantas, McDonald’s dan Toyota yang jadi target ini bukan cuma masalah mereka, tapi juga potensi masalah buat kita semua. Yuk, lebih hati-hati! ***
Punya cara lain, saran, atau malah cerita lucu seputar topik ini? Yuk sharing di kolom komentar! Atau langsung ngobrol bareng tim KudeTekno di WhatsApp.👇









