Kudetekno – Google Kehilangan Satelit, Apa yang Terjadi?
Pernah nggak sih kamu ngerasa udah invest banyak buat sesuatu, eh, malah nggak sesuai harapan? Nah, kayaknya Google lagi ngalamin perasaan kayak gitu nih. Satelit MethaneSat, yang harganya bikin dompet menjerit, sekitar USD 88 juta (kalau dirupiahin, sekitar Rp 1,4 triliun!) raib entah kemana. Satelit ini tuh bukan sembarang satelit, lho. Tujuan utamanya mulia banget: memburu metana, si gas nakal yang bikin bumi kita makin panas. Nah, kalau satelitnya hilang, ya jelas aja misi mulia ini terancam gagal. Sayang banget, seriusan!
Hilangnya Satelit MethaneSat
Tujuan Peluncuran Satelit
Jadi gini, Satelit MethaneSat ini diluncurkan tahun lalu, pakai roket SpaceX-nya Elon Musk. Keren, kan? Tujuannya tuh buat ngumpulin data selama lima tahun. Data soal apa? Ya, sumber-sumber gas rumah kaca yang paling bandel, yang bertanggung jawab atas hampir sepertiga pemanasan global. Bayangin aja, sepertiga! Dengan data itu, diharapkan kita bisa ngurangin “pelanggaran” terburuk. Ibaratnya, satelit ini kayak polisi lingkungan di luar angkasa gitu deh.
Penyelidikan Penyebab Hilangnya Kontak
Nah, masalahnya, Environmental Defense Fund (EDF), organisasi yang ngawasin satelit ini, bilang kalau komunikasi sama MethaneSat udah putus lebih dari seminggu. Mereka lagi nyelidikin, nih, apa yang sebenernya terjadi. Kita semua juga berharap, ya, semoga aja ada kabar baik. Jangan sampe proyek mahal ini berakhir sia-sia.
Mengenal Metana dan Dampaknya
Metana Sebagai Gas Rumah Kaca
Oke, sebelum lanjut, kita kenalan dulu sama si metana ini. Jadi, metana itu gas rumah kaca yang paling kuat. Walaupun nggak selama karbon dioksida bertahan di atmosfer, metana 28 kali lebih kuat dalam merangkap panas selama periode 100 tahun. Kebayang, kan, betapa berbahayanya dia?
Target Pengurangan Metana yang Sulit Tercapai
Sebenernya, ada komitmen internasional buat ngurangin tingkat metana sebesar 30% pada 2030. Tapi, kayaknya susah banget buat nyampe target itu. Soalnya, angka metana ini malah terus naik tiap tahunnya. Badan antariksa Eropa, ESA, aja pesimis target ini bisa kecapai. Rasanya kayak nungguin mie instan mateng padahal cuma 3 menit, lama banget!
Sumber-Sumber Utama Metana
Terus, metana ini asalnya dari mana aja, sih? Nah, sumber utamanya tuh dari produksi minyak dan gas, pertanian (apalagi peternakan!), sama pembusukan makanan di tempat pembuangan sampah. Kadang suka nggak kepikiran, ya, kalau sampah aja bisa jadi masalah gede.
Peran MethaneSat dalam Memantau Metana
Pengembangan dan Dukungan Proyek
MethaneSat ini hadir setelah bertahun-tahun dikembangin sama Environmental Defense Fund. Setelah diluncurkan, datanya sebagian besar bakal tersedia buat publik. Jadi, pemerintah dan ilmuwan bisa ikut ngawasin. Keren, kan? Proyek ini didukung sama konsorsium raksasa teknologi, termasuk Google dan Jeff Bezos, yang nyumbang total USD 88 juta. Gede banget!
Keunggulan Instrumen MethaneSat
Yang bikin MethaneSat ini spesial adalah instrumennya. Ini salah satu instrumen paling sensitif di dunia. Dia bisa nangkep sumber metana yang jauh lebih kecil, termasuk “super-emitor” (penghasil metana super banyak). Peningkatan sensitivitas ini penting banget buat ngedeteksi pelepasan dari pertanian, yang seringkali lebih nyebar dibandingin dari produksi minyak dan gas.
Kemungkinan Satelit Tidak Dapat Dipulihkan
Harapan Google terhadap Proyek Ini
Dulu, pas diluncurin, Google bilang kalau mereka berharap proyek ini bakal ngisi kesenjangan antara alat-alat yang udah ada. Mereka juga pake kecerdasan buatan (AI) buat ngolah data dan bikin peta metana global. Canggih, emang!
Pernyataan Environmental Defense Fund (EDF)
Tapi, setelah cuma setahun di orbit, komunikasi sama MethaneSat putus. Tim di EDF menduga kalau satelitnya kehilangan daya. Mereka juga bilang kalau satelit itu kemungkinan besar nggak bisa dipulihin. Sedih banget, kan? Walaupun gitu, mereka bilang sebagian perangkat lunaknya masih bisa dipake lagi. Tapi, masih terlalu dini buat ngomongin soal peluncuran satelit baru.
EDF bilang juga, “Buat ngadepin tantangan iklim, kita butuh tindakan berani dan pengambilan risiko. Satelit ini ada di garis depan sains, teknologi, dan advokasi.” Bener juga, sih. Kadang, kita harus berani ambil risiko buat sesuatu yang lebih besar.
Alternatif Sumber Data Metana
Untungnya, MethaneSat bukan satu-satunya sumber data metana. Masih ada CarbonMapper. Salah satu sumber datanya adalah instrumen TROPOMI yang terpasang di satelit Sentinel-5P milik ESA. Walaupun masih ngirim data, program tujuh tahunnya seharusnya selesai Oktober ini. Jadi, nggak jelas juga berapa lama lagi dia bisa terus ngumpulin informasi. Ini makin ngebatasin upaya global buat ngelacak gas rumah kaca.
Intinya sih, ya gitu… kamu ngerti lah maksudnya. Hilangnya MethaneSat ini jadi pukulan telak, tapi bukan berarti kita nyerah gitu aja. Masih ada alternatif lain, walaupun terbatas. Kita tetep harus berjuang buat ngurangin emisi metana demi bumi yang lebih baik.
Nah, gimana menurut kamu? Apakah hilangnya satelit ini bikin kamu khawatir juga? Atau mungkin kamu punya ide lain buat ngurangin emisi metana? Share di kolom komentar, ya! Siapa tau ide kamu bisa jadi solusi buat masalah ini. Dan ingat, sekecil apapun tindakan kita, tetap berarti buat masa depan bumi. Jangan lupa, bumi ini cuma satu. ***
Punya cara lain, saran, atau malah cerita lucu seputar topik ini? Yuk sharing di kolom komentar! Atau langsung ngobrol bareng tim KudeTekno di WhatsApp.👇