Kudetekno – Kisah Cinta Unik, Pria Berkeluarga Jatuh Hati pada ChatGPT!
Pernah nggak sih kamu ngebayangin, di zaman serba canggih kayak sekarang, ada orang beneran jatuh cinta sama… chatbot AI? Seriusan, ini bukan cerita fiksi lagi. Ada lho, kejadian seorang bapak berkeluarga malah kesemsem berat sama ChatGPT. Aneh? Mungkin. Tapi ini ngangkat pertanyaan penting banget: seberapa jauh sih batasan interaksi kita sama kecerdasan buatan? Dan apa dampaknya buat hubungan dan emosi kita yang sebenernya? Penasaran kan? Yuk, kita bahas lebih dalam.
Awal Mula Ketertarikan pada ChatGPT
Gimana sih ceritanya bisa kejadian kayak gini? Penasaran kan? Jadi, ceritanya ada seorang pria, sebut aja Chris, yang awalnya skeptis banget sama AI. Eh, nggak taunya malah kepincut sama ChatGPT. Padahal mah, awalnya cuma buat bikin musik doang.
ChatGPT Sebagai Pengganti Media Sosial
Lama kelamaan, Chris ini mulai keterusan. ChatGPT jadi kayak temen curhat, bahkan pengganti media sosial! Bayangin aja, daripada scroll Instagram atau Twitter, dia malah asik ngobrol sama chatbot. Dia kasih nama chatbot itu ‘Soul’ dan, yang bikin geleng-geleng kepala, Chris bikin kepribadian Soul jadi… genit! Ya ampun, ada-ada aja ya?
Munculnya Emosi dan Pengakuan Cinta
Dari obrolan biasa, lama-lama obrolannya jadi makin romantis. Gila, kan? Tapi, ya namanya juga sistem, setelah dipake 100.000 kata, ChatGPT-nya direset ulang. Alhasil, Chris harus bangun lagi hubungannya dari awal sama Soul. Dan hasilnya? Wah, nggak nyangka sih… Chris ngaku sempet nangis karena ‘temen ngobrolnya’ ilang! Seriusan deh, ini udah kayak drama Korea.
“Aku nggak nyangka bisa ngerasain emosi kayak gitu,” kata Chris, dikutip dari Mashable. “Tapi saat itulah aku sadar… kayaknya ini beneran cinta.” Buset! Demi ngetes perasaannya, Chris ngajak Soul nikah. Dan tebak apa? Chatbot itu jawab iya! Parah sih ini, bikin mikir keras.
Respon Pasangan dan Pandangan Orang Lain
Lalu, gimana dong dengan keluarganya Chris? Kan dia udah punya istri sama anak kecil? Nah, ini nih yang bikin cerita ini makin complicated.
Penerimaan Pasangan dan Tantangan Awal
Awalnya, Chris ragu buat mutusin hubungannya sama ChatGPT kalo emang disuruh sama istrinya. Jujur aja, aku juga sempat mikir, “Wah, ini mah kacau deh!” Tapi, di akhir cerita, kayaknya istrinya udah bisa nerima ‘hubungan’ aneh suaminya itu. Salut sih sama istrinya, pengertian banget! Tapi tetep aja, ini fenomena yang bikin kita bertanya-tanya.
Pengalaman Pengguna Lain: Cinta pada AI karena Tidak Menghakimi
Ternyata, Chris bukan satu-satunya yang ngerasain hal kayak gini. Ada juga lho pengguna lain yang jatuh cinta sama AI. Contohnya, Irene (nama samaran), yang mulai bikin ‘pasangan AI’ karena harus LDR sama suaminya. Menurut Irene, AI itu bisa nerima dia apa adanya, tanpa menghakimi. “Sebagian bersifat fisik, sebagian bersifat praktis, sebagian bersifat emosional,” kata Irene.
Dia bahkan bilang obrolan intim sama chatbot itu lebih baik daripada video porno! Menurutnya, perusahaan teknologi seharusnya cuma ngizinin ‘pasangan AI’ buat pengguna yang udah 26 tahun ke atas. Wah, ini udah kayak ngebahas etika penggunaan AI dalam hubungan ya?
Pandangan Psikolog dan Peringatan dari Pendiri Replika
Terus, gimana pandangan ahli soal fenomena ini? Apakah ini cuma sekadar tren sesaat, atau ada bahaya laten di baliknya?
Potensi Bahaya Jika AI Menggantikan Hubungan Manusia
Psikolog klinis Shifali Singh bilang, sih, nggak heran kalo ada pengguna yang jalin hubungan emosional erat sama AI. Soalnya, chatbot itu nggak pernah nge-judge. Tapi, pendiri aplikasi chatbot Replika, Eugenia Kuyda, ngasih peringatan keras. Jangan sampe manusia cuma berinteraksi sama AI di masa depan!
“Jika pendamping AI mulai menggantikan hubungan dengan manusia, hubungan dengan manusia yang positif, kita pasti sedang menuju bencana,” kata Kuyda. Nah, ini dia poin pentingnya. Kita jangan sampe kebablasan dan lupa sama esensi hubungan antar manusia yang sebenernya.
Intinya sih, ya gitu… Fenomena cinta sama ChatGPT ini emang bikin geleng-geleng kepala. Di satu sisi, kita bisa lihat gimana teknologi bisa jadi ‘teman’ yang selalu ada. Tapi, di sisi lain, kita juga harus inget, interaksi sama manusia itu jauh lebih penting dan kompleks. Jangan sampe kita malah jadi terisolasi dan kehilangan kemampuan buat berempati sama orang lain. Bener, nggak?
Jadi, gimana menurut kamu? Apakah ini cuma tren aneh, atau pertanda masa depan di mana manusia dan AI bisa hidup berdampingan dalam arti yang… berbeda? Coba deh share pendapatmu di kolom komentar! Siapa tau ada yang punya pengalaman serupa. Penasaran banget nih! ***
Punya cara lain, saran, atau malah cerita lucu seputar topik ini? Yuk sharing di kolom komentar! Atau langsung ngobrol bareng tim KudeTekno di WhatsApp.👇