Mimpi Gila Google, Pusat Data AI di Angkasa?

Mimpi Gila Google, Pusat Data AI di Angkasa?
Mimpi Gila Google, Pusat Data AI di Angkasa?

Kudetekno – Mimpi Gila Google, Pusat Data AI di Angkasa?

Pernah nggak sih kamu ngebayangin, pusat data raksasa, bukan lagi di bumi yang penuh polusi dan tagihan listrik membengkak, tapi melayang-layang cantik di luar angkasa? Kedengerannya kayak film fiksi ilmiah, ya? Tapi seriusan, Google lagi mikirin ide segila ini buat menampung kebutuhan daya AI mereka yang makin hari makin bikin pusing kepala. Soalnya, ya, AI itu emang rakus banget sama energi.

Nah, Google ini emang nggak pernah berhenti bikin kejutan. Mereka terus putar otak cari cara inovatif, pokoknya gimana caranya bisa memenuhi kebutuhan daya yang udah kayak nggak ada ujungnya dari pusat data AI mereka. Dan salah satu ide yang paling bikin geleng-geleng kepala (tapi juga bikin penasaran!) adalah membangun pusat data AI langsung di luar angkasa. Seriusan ini.

Project Suncatcher: Pusat Data AI di Orbit Bumi

Ide Dasar dan Tujuan

Intinya gini deh, Google punya mimpi besar, mimpi yang mungkin cuma mereka doang yang berani mikirin. Mereka pengen memanfaatkan energi matahari yang nggak terbatas di luar angkasa. Bayangin aja, matahari bersinar 24 jam sehari tanpa henti, nggak kayak di bumi yang ada malam, ada awan, ada mendung. Nah, energi matahari ini mau dimanfaatin buat ngidupin pusat data AI mereka. Tujuannya? Supaya komputasi AI nggak lagi bergantung sama pembangkit listrik di bumi yang notabene, ya, bikin polusi. Jadi, bisa dibilang, ini upaya Google buat jadi lebih ramah lingkungan. Keren, kan? Walaupun… ya, agak nggak masuk akal juga sih.

“Di masa depan, luar angkasa mungkin akan menjadi tempat terbaik untuk meningkatkan skala komputasi AI,” gitu kata Travis Beals, Senior Director Google, dalam postingan blognya. Kutipan ini kayak nunjukkin keseriusan mereka. Dan jujur aja, aku juga sempat mikir, “Wah, beneran nih Google mau pindah server ke bintang-bintang?”

Keunggulan Pusat Data di Luar Angkasa

Oke, mari kita telaah lebih dalam. Kenapa sih harus di luar angkasa? Apa enaknya? Jadi gini, di orbit yang tepat, panel surya itu bisa delapan kali lebih produktif daripada di bumi! Kebayang nggak tuh? Delapan kali lipat! Selain itu, energi listriknya juga bisa dibilang nyaris konstan, nggak kayak di bumi yang naik turun tergantung cuaca. Otomatis, kebutuhan baterai buat nyimpen energi jadi berkurang drastis. Terus, yang paling penting, bebas emisi karbon! Jadi, selain bikin pusat data, Google juga kayak lagi ikutan kontes penyelamatan bumi gitu deh. Tapi emang beneran bisa ya? Masih tanda tanya besar sih, ini.

Tantangan Implementasi

Nah, ini dia bagian yang bikin mikir keras. Emang sih ide di atas kertas kedengerannya keren banget, tapi realisasinya? Beuh, kayaknya lebih susah dari ngerjain soal matematika pas ujian. Ada banyak banget tantangan yang harus dihadapi.

Radiasi Luar Angkasa

Yang pertama dan paling bikin khawatir adalah radiasi luar angkasa. Di sana, chip-chip AI bakal terpapar radiasi tingkat tinggi dari matahari yang bisa merusak komponen elektronik dalam sekejap. Bayangin aja kayak kamu lagi main HP di bawah terik matahari, lama-lama kan panas tuh HP, nah ini jauh lebih parah. Tapi, Google ngaku udah nguji coba chip mereka, yang disebut Tensor Processing Units (TPU), dan hasilnya lumayan oke. Katanya, chip-nya mampu bertahan dalam misi lima tahun tanpa rusak permanen. Wah, seriusan? Kayaknya butuh pembuktian lebih lanjut nih.

Komunikasi Antar Satelit

Terus, masalah lainnya adalah komunikasi antar satelit. Gimana caranya semua satelit itu bisa saling ngobrol dengan lancar? Soalnya, mereka butuh koneksi data berkecepatan tinggi, puluhan terabit per detik, dengan latensi rendah. Nah, kecepatan segitu tuh susah banget dicapai di luar angkasa. Transmisi data jarak jauh butuh daya lebih besar, dan itu bikin boros energi. Solusinya? Google mungkin bakal ngatur posisi satelit jadi lebih rapat, cuma beberapa kilometer jaraknya. Intinya sih, ya gitu… kamu ngerti lah maksudnya, biar koneksinya lebih stabil.

Biaya Peluncuran

Dan yang nggak kalah bikin pusing adalah biaya peluncuran. Meluncurkan pusat data ke luar angkasa itu nggak murah, bo! Bisa jadi, biayanya setara dengan bangun pusat data di bumi. Tapi, Google punya perhitungan sendiri. Mereka yakin, dalam jangka panjang, proyek ini bakal lebih efisien daripada pusat data di bumi, terutama dalam hal efisiensi daya. Ya, semoga aja bener ya. Jangan sampai malah boncos.

Uji Coba dan Rencana Masa Depan

Walaupun banyak tantangan, Google nggak nyerah gitu aja. Mereka udah punya rencana buat uji coba dan mewujudkan mimpi gila ini.

Misi Bersama dengan Planet (2027)

Rencananya, Google bakal meluncurkan misi bersama dengan perusahaan bernama Planet pada tahun 2027. Misi ini bakal meluncurkan prototipe satelit buat nguji gimana model AI dan TPU beroperasi di luar angkasa. Jadi, ini kayak semacam pilot project gitu deh. Kalo berhasil, ya syukur. Kalo nggak? Ya, minimal udah nyoba kan.

Gue juga pernah nyoba-nyoba bikin program AI sederhana, hasilnya? Bikin ngakak sendiri. Jadi, bisa bayangin betapa kompleksnya bikin pusat data AI di luar angkasa.

Intinya sih, Google ini emang ambisius banget. Mereka nggak takut buat ngambil risiko dan mewujudkan ide-ide yang kedengerannya mustahil. Apakah Project Suncatcher ini bakal berhasil? Jujur, nggak ada yang tahu. Tapi, yang jelas, ini adalah langkah yang berani dan inovatif.

Gimana, tertarik buat ikutan bantu Google bangun pusat data di angkasa? Hehehe, becanda. Tapi seriusan, proyek ini tuh keren banget. Mari kita pantau terus perkembangannya. Siapa tahu, suatu saat nanti, kita bisa ngakses internet dari satelit Google yang bertenaga surya. Keren, kan? Atau malah kita bisa kerja di pusat data di luar angkasa? Wah, kayaknya seru tuh. Ya, walaupun kadang bikin tambah bingung juga sih mikirinnya. Tapi tetep aja, mari kita dukung inovasi ini! Siapa tahu mimpi gila ini bisa jadi kenyataan. Dan hasilnya? Wah, nggak nyangka sih kalo Google bisa sejauh ini mikirnya. ***

Punya cara lain, saran, atau malah cerita lucu seputar topik ini? Yuk sharing di kolom komentar! Atau langsung ngobrol bareng tim KudeTekno di WhatsApp.👇

Also Read

Bagikan:

Salsabila Rahmawati

Penggemar biologi dan lingkungan. Menulis untuk menginspirasi rasa ingin tahu dan kecintaan pada alam dan sains.

Leave a Comment